Author : Lee Eunhye
Hari ini adalah hari konser untuk pianis terkenal Yiruma di Kota Surabaya. Jarang-jarang ada pertunjukan music klasik di Indonesia. Apalagi sampai ke Kota Surabaya yang bakalan sulit banget buat aku lewatin.
Memang baru-baru ini aku menyukai music klasik. Terutama untuk grand piano. Belum ada satu tahun aku mulai menyukainya. Aku sampai rela ikut les grand piano. Padahal umurku tidak muda lagi. Bahkan bagiku sudah sangat terlambat untuk berlatih piano. Tapi, aku tetap ngotot ikut les. Yiruma adalah pianis idolaku. Lagu ciptaannya selalu bisa membuatku merinding takjub ketika mendengarkannya. Kadang aku bisa menangis, kadang aku juga bisa tertawa saat mendengarkan musiknya.
Memang banyak pianis terkenal lain seperti chopin dan lain sebagainya. Tapi, karya Yiruma yang paling kugemari. Aku dengar-dengar, bakal ada pianis (bukan asli pianis, tapi permainan pianonya sangat menkjubkan) pembuka untuk acara nanti malam. Dengar-dengar dia berlatih piano sejak dia SD. Tidak kaget kalau memang dia bermain piano dengan menakjubkan. Tapi, dia tidak akan bisa mengalahkan Yiruma. Hardikku pada pianis muda itu, yang notabene umurnya lebih muda setahun dariku.
Aku sudah tidak sabar lagi menunggu nanti malam. Dari buku yang kubaca, untuk menghadiri acara music klasik pakaiannya harus menggunakan dress. Tidak bisa sembarangan menggunakan celana jeans dan kaos oblong. Satu-satunya dress yang kupunya adalah batik yang kubuat gaya modern dress masa kini. Jadi, aku akan menggunakannya nanti. Hufh…mama bisa histeris nih lihat aku pakai dress. Katanya sih mama salah ngambil anak pas di rumah sakit. Abis aku tomboy banget. Katanya mengejekku. Emang kenapa kalau aku ketuker? Bikin jengkel saja.
Akhirnya malampun datang. Aku bingung sendiri. Dari tadi aku cuma di kamar. Aku berpikir lagi, kalau aku memakai dress lalu aku tidak menggunakan make up, bukannya tidak pantas, tapi terlihat aneh. Akhirnya kuputuskan untuk menggunakan make up minimalis yang tidak terlalu kentara. Tidak lupa mengikat rambutku seperti ekor kuda. Kuperhatikan sekali lagi bayanganku di kaca. Tidak mengecewakan berlama-lama di kamar. Setidaknya aku terlihat berbeda sedikit.
Aku pergi ke acara itu sendiri. Karena tidak ada satupun temanku yang menyukai music jenis klasik. Mungkin mereka malah bakal tertidur di sana. Bagi mereka mungkin music klasik sejenis lagi nina bobok. Tapi tidak bagiku. Music klasik bisa lebih mencerminkan perasaan ke dalamnya dan sangat menyentuh.
Aku berangkat pukul 7. Acara mulai pukul 8. Jarak rumahku dengan tempatnya sangat jauh. Makanya aku berangkat awal karena tidak mau ketinggalan acaranya. Aku ke sana naik mobil. Sendirian lagi. Kenapa hidupku ini dipenuhi dengan kata sendiri?
Sesampainya di sana, sudah sangat ramai. Tidak kukira yang menyukai music klasik sebanyak ini. Aku bergegas turun dan segara masuk ruangan. Mencari-cari bangku yang pas untuk bisa melihat ke panggung. Tiba-tiba ada yang memanggilku.
“Lya…Hei Lya…” kulihat guru lesku berdiri tidak jauh dari tempatku berdiri. Jangan sangka guru lesku itu tua, berperut buncit, dan berkumis tebal. Kalian semua salah. Dia masih sangat muda. Terpaut dua tahun lebih tua dari pada aku. Aku juga kaget pertama kali bertemu dengannya. Ternyata dia juga sudah bermain piano sejak SD. Jenius. Kubalas lambaiannya. Aku berjalan mendekat.
“Boleh aku duduk di sini?” Kutunjuk kursi di sebelahnya.
“Dengan senang hati.” Jawabnya. Aku duduk di sebelahnya.”Aku kaget sekali tadi. Tidak kusangka kau juga akan nonton pertunjukan music ini.”
“Tentu saja. Meskipun aku pemula. Aku sangat mencintai alunan piano. Lagi pula Yiruma adalah idolaku. Aku tidak mungkin melewatkannya. Apa kau sudah lupa?” dulu, sewaktu pertama kali aku ikut les. Dia menanyaiku siapa pianis idolaku dan aku menjawab Yiruma. Sudah pasti. Kemudian lampu penonton mulai mati, satu-satunya yang menyala adalah lampu panggung. Samar-samar terdengar alunan piano mengalir diikuti dengan terbukanya tirai. Dan itulah pianis muda yang membuka acara ini. Permainannya sangat mulus, indah dan merasuk ke hati. Penilaianku tentangnya sebelimnya tentang dirinya salah besar. Dia sangat berbakat. Bakatnya hampir mendekati sang pianis Yiruma. Kabar yang kudengar lagi tentang dirinya adalah dia seorang penyanyi di negaranya sana. Aku lupa dari mana dia berasal.
Aku mulai memejamkan mata, menikmati setiap alunan lagu dan setiap not yang mengalir. Percakapanku dengan guruku seketika terhenti setelah mendengar permainannya. Tidak kusangkan, anak yang satu tahun di bawahku bisa bermain seindah itu. Bahkan bisa membuatku menitikkan air mata saat mendengarnya.
Dia memainkan sekitar dua lagu pembuka. Kemudian, sekarang giliran sang pianis Yiruma. Dia memainkan “River Flows in You”, “Maybe”, “kiss the rain”, “sometimes someone”, “moonlight”, dan lagu-lagu idolaku lainnya. Aku sampai terpana melihatnya. Sampai-sampai aku lupa cara berkedip, bernafas, dan menutup mulutku. Benar-benar indah dan elegan. Dia memang benar-benar idolaku. Dan aku tidak salah menjadi salah satu fansnya.
Akhirnya pertunjukan selesai pukul 10. Aku tidak kecewa mengeluarkan kocek besar bahkan sampai membuka tabunganku demi melihat konser ini. Karena konser ini benar-benar HEBAT! Bahkan setelah konser selesai, aku belum bangkit dari kursiku. Aku masih mau tetap di sini dan mendengar mereka bermain piano lagi. Aku baru tersadar ketika guruku menyenggol bahuku.
“Apa kau mau ikut aku ke belakang panggung?” tanyanya padaku.
“Ha?Apa itu boleh? Bukannya mereka orang terkenal? Jangan-jangan…guru mau menerobos masuk ya…?”
“Sudah kubilang jangan memanggilku guru di luar jam les. Panggil namaku saja.”
“O iya. Lupa…maaf…maaf…Kevin”
“Jadi? Kau mau ikut atau tidak? Lagian…aku diperbolehkan masuk kok. Aku kan punya freepass buat masuk.”
“Nggak usah ditanya lagi. Aku pasti ikut. Tidak mungkin aku melewatkan bertemu dengan idolaku.”
Kemudian kami berjalan ke belakang panggung. Lebih tepatnya ke kamar ganti Yiruma. Di depan pintu tertulis besar nama Yiruma di temple. Dan satu lagi, Taemin… siapa dia? Aku sangat gugup. Ken dengan perlahan membuka kenop pintu dan pintu itupun terbuka.
“Astaga…Yiruma…” pekikku tanpa sadar.
“Yes?” dia berbalik. “Oh kevin. How it is?” tanyanya pada Kevin.
“Bagaimana kalian bisa akrab?” kataku dengan berbisik setelah sebelumnya kusenggol tangannya.
“O…kau tidak ingat aku ini sudah internasional. Aku sudah terbiasa bertemu dengannya.” Katanya bangga.
“Kenapa kau tidak pernah cerita padaku?” dia Cuma nyengir.
“Who is she?”
“Oh…she? She is my student, Sullyang.” Kami saling menjabat tangan. Tiba-tiba ada yang membuka pintu lagi. Hah…membuatku kaget.
“Oh…Taemini…” dia melanjutkan kata-katanya dengan bahasa yang tidak kumengerti. Kemudian Taemin berjalan mendekati kami.
“Oh…Nice to meet you all. My name is Taemin.” Bukankah dia yang bermain piano sebagai pembuka ya. Kok kelihatannya tidak seperti anak yang berumur satu tahun dibawahku ya? Dia sangat tinggi menjulang. Bahkan aku yang sudah memakai sepatu berhak 7 senti masih terpaut kira-kira sepuluh senti darinya.
Kami semua ngobrol dengan santai, karena memang kami sama-sama cinta piano. Setiap kata mengalir begitu saja dan diselingi dengan tawa.
“O iya…permainan pianomu tadi sangat indah.” Kataku menggunakan bahasa inggris.
“Ah…Terimakasih banyak. Itu tidaklah seberapa dibandingkan dengan master Yiruma.”
“Kau jangan mengelak. Dengan profesimu sebagai penyanyi permainan pianomu sudah seperti pianis terkenal.” Kata Yiruma.
“Itu benar. Benarkan?” kataku meminta persetujuan pada Kevin.
“Benar. Pokoknya, kalau aku ke Korea nanti kau harus mau bermain denganku.”
“Wah…aku tidak bisa dibandingkan dengan pianis Internasional. Aku tidak ada apa-apanya.”
“Jangan merendah terus. Kalau kau tahu, aku tadi sampai menangis ketika mendengar kau bermain piano. Sangat indah sekali.”
“Wah…peghayatanmu tentang music sangat dalam. Kau pasti sangat mencintai piano.” Kata Taemin memujiku.
“Jangan memujiku seperti itu. Pujian itu terlalu berharga untukku. Aku saja baru belajar bermain piano.”
“Bukan berarti orang yang baru belajar piano mempunyai kecintaan pada piano di bawah mereka yang sudah lama mengenal piano. Kapan-kapan, kalau Ken ke Korea. Ikutlah dengannya. Aku ingin bermain bersama kalian.”
“Baiklah. Saat aku ke korea kelak bersama Ken, permainanku pasti akan lebih bagus.”
“Semangat yang baik. Kau juga Taemin. Temani kami bermain.”
“Siap master.” Kami tertawa bersama-sama lagi. Akhirnya malampun sudah larut. Sebelum kami berpisah. Kami sempat bertukar nomor handphone. Kalau-kalau kami ada pertanyaan tentang piano atau apa saja yang berkaitan dengan piano.
Aku senang sekali mala mini. Bisa mendengarkan Yiruma bermain Piano sampai bisa mengenal lebih dekat sosok Yiruma. Dan aku juga mempunyai teman baru Taemin, pianis muda hebat dan berbakat. Pasti malam ini aku akan tidur lelap dan bermimpi indah.
Aku terbangun paginya. Hah…seperti mimpi yang indah semalam. Tidurku sangat lelap. Tidak kusangka mimpiku menjadi kenyataan semalam. Hahahaha. Yiruma…dia memang benar-benar pianis hebat. Kuingat-ingat kembali, melodi-melodi indah semalam berputar lagi di kepalaku. Tanganku mulai bergerak mengikuti alunan music. Sampai aku tersadar sudah pukul berapa ini. Jam 8 nanti aku harus sudah ada di kampus. Sialan!
Aku segera berlari ke kamar mandi. Mandi alakadarnya. Yang penting sudah bersih dan wangi. Hahaha. Setelah membubuhkan bedak ke mukaku, aku segera menyambar kunci mobilku dan langsung tancap gas. Sampai lupa mau pamitan. Ah, ntar aja. Bisa lewat telepon.
Untung saja aku dating tepat waktu di kampus. Aku segera mengambil tempat duduk di sebelah sahabatku.
“Hai, gimana acara semalam? Asik nggak?” Tanya Mia begitu aku meletakkan pantatku di kursi.
“Wah, keren banget. Rugi kamu nggak ikut semalem. Aku ketemu sama guru lesku piano. Dan tau nggak…dia punya freepass buat masuk ke belakang panggung. Aku ketemu Yiruma.” Kataku mulai histeris.
“Ya nggak rugi-rugi banget dong non. Aku kan nggak suka music klasik. Bisa-bisa aku ketiduran di sana.” Seperti dugaanku. “kamu ke belakang panggung? Kamu foto bareng nggak sama Yiruma?” pertanyaan itu langsug membuatku tersadar. Aku lupa minta foto bersama Yiruma. Ah, betapa bodohnya aku.
“Aku lupa minta foto bareng. Argh…bikin stress.” Kemudian aku teringat dengan janji bermain bersama di Korea kelak. “Tapi, aku tidak akan lupa lagi. Aku bakalan foto sama Yiruma.”
“Emang kamu mau ketemu Yiruma lagi ya…? Kapan? Kok bisa?” tanyanya mulai heran.
“Hahaha.waktu pulang, kami bertukar nomor handphone. Dan dia mengajakku main bareng di Korea. Ntah kapan waktunya. Nyesuaiin jadwalnya Kevin sih. Soalnya aku berangkatnya bareng sama Kevin. Nih nomornya.” Kupamerkan nomor handphone Yiruma yang tertera di layar handphoneku.
“Gila…bener-bener gila. Kamu mau ninggalin kuliah?”
“Nggak lah. Ya…iya sih. Cuma paling seminggu.” Hehehe.kalau Cuma seminggu nggak masalah kan. Kataku meyakinkan diri sendiri. Moga nggak kena DO.
“Kamu ini emang bener-bener gila.”
“Nggak masalah kan punya temen gila. Atau jangan-jangan…kamu keberatan punya temen gila kayak aku ya…?” aku lihat Mia Cuma geleng kepala. Aku jadi ketawa.
Akhirnya hari ini kuliah sudah selesai. Aku berjalan menuju mobilku dan ketika handphoneku bergetar menghentikan langkahku. Kurogoh-rogoh tasku dan akhirnya kutemukan dia. Kubuka, ternyata pesan dari Ken.
Kevin
Weekend ni qta prg k’korea…Yiruma sudah mghubngiq tdi. Hr mgu qta hrs sdh smpai d’korea.mkax qta brgkt hr sbt.
Mataku sampai melotot membaca pesan dari Kevin. Saking kagetnya. Gila…hari sabtu ini. Aku nggak bisa bayangin secepat ini. Aku kan juga belim minta izin ke mama. Wah, bakalan kena omel nih.
To Ken
Gila apa? Aq blm bli tket pswat. Palg aq blm pamit mama.bsa mti d’gntung aq klo g’pmit dlu k’mama.
Nggak berapa lama kemudian, aku sudah mendapat balasan dari Ken.
Ken
Tnang ja. Aku udah psenin tket pswatx.aq jg udh pmitin km k’mama km.jd,km tgl siap2 brgkt ja.
To Ken
Wih…cktan jg.emg sjak kpn km udh mmprsiapkn smwx?
Ken
RHS.sbnrx stlh dpt telp dr Yiruma.pg ni aq lgsg nyiapin smw.trmsk mntain izin km k’mama km.
To Ken
Mksh bgt Ken…km emg dewa pnyelamatq.
Itulah akhir percakapan kami lewat sms. Aku segera membuka mobilku dan melajukan mobilku pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, tanpa ganti baju dulu, aku segera mengepak barang-barang yang mau kubuawa hari sabtu nanti. Nggak sabar banget…sabtu kan lusa… Sampai tiba-tiba pintu kamarku terbuka.
“Waduh…waduh…anak mama, belum ganti baju sudah sibuk ngepak barang. Yang mau ke Korea. Sengeng banget non.” Goda mama.
“Ye…mama. Anaknya mau ke Korea bukannya ikut senang.”
“Iya…iya…mama ikut seneng.”
“O iya ma, jangan lupa uang sakunya ya.hehehe…” aku mulai nyengir kuda.
“Na…ini nih yang bikin mama nggak ikut seneng.” Kata mama mencoba bercanda. Tapi, asli. Garing banget.
“Ayolah ma…aku di sana seminggu. Emang mama tega lihat anaknya kelaparan.” Kutatap mama dengan mata anak kucing yang minta di beri makan. Akhirnya mama menghela nafas tanda menyerah.
“Oke. Mama kasih uang saku. Cuma sedikit. Jadi, harus hemat ya.”
“Yay…mama emang the best mom ever.” Aku melompat dan memeluk mama sayang. “O iya. Kenapa aku bisa lupa” aku langsung melepaskan pelukanku pada mama dan berlari ke depan. Mulai duduk di depan piano. Bukan piano sungguhan. Yang ada di rumah hanyalah orgent biasa. Huh, kenapa aku bisa lupa untuk berlatih. Aku kan mau di ajaka main bareng sama pianis idolaku. Wah, bisa…bisa maluin nih.
Aku berlatih sampai malam. Mama meninggalkanku sendirir untuk berlatih. Memang saat berlatih sangat membutuhkan konsentrasi. Karena sudah capek, aku kembali ke kamar. Langsung kubanting tubuhku begitu melihat kasur yang empuk dan nyaman. Aku hamper saja terlelap sampai ketika HPku berdering. Hah…Kevin ganggu saja.
Kubuka pesan yang tadi mengganggu acara tidurku. Masih sambil memberikan sumpah serapahku kepada Ken.
Taemin
Ha…nggak mungkin. Pasti salah. Nggak mungkin kan dia sms aku. Dia di Korea dan aku di Indonesia. Balas nggak ya… biayanya luar negeri kan mahal. Mulai kubaca lag isms darinya.
Taemin
Hai…Um…I heard that you’ll in Korea this weekend. I heard it from Yiruma? Is that right?
o…jadi dia Tanya aku perkara aku mau ke Korea. Bikin kaget aja.
To Taemin
Yeah…I’ll be in there this weekend. I think we’ll play together on Sunday.
Aku mulai mengirim balasan kepada Taemin. Masa bodoh dengan biaya yang mahal. Semoga saja pulsaku masih cukup.hehehe. nggak berapa lama kemudian, aku sudah mendapat balasan dari Taemin. Wah, ternyata sms Internasional balesnya cepet juga ya…
Taemin
I’ll meet you at Sunday then. I’ll wait our duet. How about playing “river flows in you” or “maybe” in front of Yiruma.
Hahaha. Aku jadi ketawa sendiri baca kalimat duet. Aneh rasanya. Karena selama ini aku Cuma bermain solo.
To Taemin
It would be great. Ok than. Jaljayo…
Aku baru saja mempelajari satu kalimat selamat malam dari temanku. Hahaha.
Taemin
Ne…Jaljayo.
“Lya…kamu nggak makan.” Kudengar suara mama berteriak dari dapur. Dasar mama.
“Nggak ma. Ntar aja. Lagi males.” Kataku balas berteriak. Setelah menyelesaikan acara smsan dengan Taemin dan berteriak ke mama, aku kembali melanjutkan acara tidurku yang sempat terganggu.
Kilasan-kilasan semua yang terjadi tiga hari lalu memang seperti mimpi yang indah. Bagaimana tidak. Semua yang menjadi impianku terkabul dalam tiga hari. Rasanya seperti di datangi jin ajaib aladin yang bisa mengabulkan tiga permintaan. Semua terasa tidak nyata, tapi ini benar-benar kenyataan.
Kalau bukan kenyataan, bagaimana bisa aku berdiri di Bandara Incheon, Korea saat ini. Negara boneka. Dimana semua orang di sini terlihat seperti boneka. Bukan karena sikap mereka, tapi wajah mereka dan tubuh mereka yang seperti boneka Barbie. Tinggi semampai, putih, canti dan tampan.
Aku jadi minder sendiri berdiri di Negara ini. Aku tidak setinggi mereka. Semua cewek di sini suka menggunakan highills yang semakin mempertinggi mereka. Sedangkan aku hanya memakai sepatu ket. Tubuhku pendek, berkulit kuning langsat, pokonya tidak seperti boneka Barbie sama sekali.
“Hei…kenapa dari tadi bengong terus? Ayo, kita cari taksi untuk ke penginapan.” Suara Kevin menyadarkanku untuk kembali menapak bumi. Aku mulai melangkah mengikutinya sambil menjinjing tas pakaian yang sama sekali tidak enteng. Kami mendapatkan taksi dengan sangat cepat. Ya iyalah, ini kan bandara. Apa sih yang nggak ada di bandara.
Ken berbicara kepada sopir taksi itu dengan bahasa Korea yang sangat lancar. Aku jadi melongo sendiri. Dia menyebutkan alamat yang akan kami tuju.
“Sejak kapan kamu belajar bahasa Korea? Lancar banget ngomongnya. Ajarin aku dong.” Tanyaku setelah Ken selesai bicara pada pak sopir taksi.
“Sebagai pianis internasional, sudah sewajibnya aku bisa bahasa Negara lain. Apalagi aku sering ke Korea mengunjungi Yiruma. Kalau masalah belajar, dalam satu minggu kamu pasti sudah bisa ngomong. Meski masih nyendat-nyendat.” Hu…dasar pelit. Ngomong aja kalau nggak mau ngajarin. Tapi aku tidak mengatakannya. Masih untung aku di ajak ke Korea. Hehehe. Kami berdua terdiam dalam taksi sampai ke tempat penginapan. Bahkan aku sempat tertidur tadi. Hehehe. Abis capek banget.
Kudengar suara ketukan dipintu berkali-kali, namun berirama. Aku segera terbangun dari tidurku. Dengan sedikit oleng, aku melangkah untuk membukakan pintu. Jam berapa sih sekarang? Pikirku. Aku tadi baru dating di korea waktu sore hari. Mungkin sekarang sudah malam. Pikirku lagi. Kubuka pintu itu perlahan. Tidak langsung kubuka semuanya. Siapa tahu yang bertamu itu orang jahat?
“Ya…mencari siapa?” tanyaku masih dengan mata yang setengah tertutup.
“Oh…My God. Hahaha. You look really…messy. What’s wrong with you? Getting disaster?” katanya penuh dengan tawa saat pertama melihatku. Aku yakin saat ini aku benar-benar berantakan.
“Uh…I’m sorry. Tapi, sepertinya aku terlalu lelah saat ini.” Kataku lemas sambil sesekali masih menguap.
“Ini sudah malam. Apa kau tidak lapar?” Tanya Taemin.
“Hei…kenapa kau di sini? Dan…bagaimana kau bisa tahu aku tinggal di sini?” tanyaku begitu sadar. Aneh sekali mendapati Taemin ada di sini. Di sepan pintu kamarku (kamar hotel maksutnya).
“Hahaha. Kevin memberitahuku dimana dia akan menginap sebelum berangkat ke Korea tadi. Setelah itu, aku Tanya ke resepsionis.”
“Oh…”tanyaku tolol.
“Then…le’s go.”
“kemana?” tanyaku lagi tidak nyambung.
“Makan. Memang mau kemana lagi?”
“OK. Tunggu aku sebentar. Aku akan segera kembali.” Kututup lagi pintu kamarku. Aku segera mencuci mukaku (tidak sempat mandi. Waktunya tidak cukup) dan segera ganti pakaian. Kemudian aku segera kembali ke luar. Tidak lupa mengunci pintu kamarku. “Kita…makan dimana?”
“Terserah kau saja. Kau kan tamu disini.” Katanya. Setelah kami keluar dari hotel, suasananya seketika itu berubah. Jalanan sangat ramai. Banyak orang lalu lalang dengan berjalan kaki. Dan…pakaian mereka semua trendy. Aku mengamati diriku lagi. Hanya celana jeans, kaos oblong, jaket tebal karena ini musim dingin, syal, dan sepatu ket. Oh My God. Aku bahkan tidak terlihat seperti cewek normal. Lebih mengarah pada style cowok. Taemin menangkap rasa gelisahku ini.
“kau terlihat normal. OK? Tak perlu disamakan dengan yang lain. Karena kamu adalah kamu. Banggalah menjadi dirimu sendirir.” Perkataan Taemin menenangkanku. “Kita berangkat sekarang?”
“Tunggu!” kataku mencegah. “apa kita tidak menunggu Kevin dulu? Mungkin dia juga belum makan malam.” Kataku.
“Oh…aku lupa. Dia sekarang bersama master Yiruma. Ada yang perlu mereka bicarakan. Makanya, master Yiruma menyuruhku untuk menemanimu sementara.”
“Ayo…kita pergi.” Kami pergi tidak menggunakan kendaraan apa-apa. Kami malah jalan kaki. Terasa sangat menyenangkan. Menikmati keindahan Korea dengan cara jalan kaki. Kurasakan banyak orang yang memandang ketika kami lewat. Oh great…I forget it!
“Aku dengar kau ini penyanyi terkenal di Korea ya?”
“Ng…”jawabnya singkat mengiyakan.
“Apakah kau tidak apa-apa berjalan di tempat terbuka seperti ini? Apa nantinya tidak menimbulkan skandal? Trus, kenapa sekarang kau ada di sini bersamaku? Kau seharusnya latihan kan…?” tanyaku begitu histeris.
“Hei…hei…tidak perlu sehisteris itu. Kau menanyaiku banyak sekali. Bagaimana aku bisa menjawab semua?” jawabnya bercanda. Tapi, ini tidak lucu. Bagaimana kalau benar dia terkena skandal dengan orang biasa seperti aku ini? Bagaimana kalau gara-gara aku, karirnya jadi hancur?
“Kita kembali sekarang.” Dengan gerakan cepat aku membalikkan badan dan melangkahkan kaki dengan cepat. Kudengar Taemin mengikutiku dengan langkah yang lebih cepat dariku agar bisa mendahuluiku.
“Makan dulu, OK?” bagaimana dia bisa sesantai ini? HA? Teriakku frustasi dalam hati.
“Tidak. Aku tidak lapar. Dan…kita kembali ke hotel sekarang.” Aku siap melangkahkan kakiku. Tapi, Taemin menggenggam kedua tanganku. Mengunci mataku dengan matanya. Aku tidak bisa bergerak.
“Dengar! Yang kau cemaskan tidak akan terjadi padaku. Aku akan baik-baik saja. Sekarang kita makan ya?” ajaib. Setiap perkatannya seperti hipnotis. Menuntut, tapi tidak memaksa. Tanpa sadar, aku mengangguk. “Gitu dong…”
Kami mulai berjalan lagi. Tapi, perasaanku masih tidak enak. Aku takut berjalan dengannya. Bukannya aku tidak mengenalnya dan aku takut diapa-apakan olehnya. Tapi, lebih tepatnya. Aku taku karena berjalan bersama artis. Aku yang bukan siapa-siapa. Pasti waratawan akan mengejarnya. Maka dari itu, selama perjalanan aku menjaga jarak darinya.
“Hei…kenapa kau berjalan jauh sekali?” aku tidak menanggapinya. Kudengar langkah Taemin semakin cepat. Kucepatkan juga langkahku. Taemin menpercepatnya lagi dua kali lipat. Begitu terus. Semakin Taemin mempercepat langkahnya, aku juga mempercepat langkahku. Sampai kami berlari. Persis adegan India kejar-kejaran. Taemin sudah kehilangan kesabaran dan berlari dengan kecepatan penuh. Dia menarik tanganku sampai aku berhenti mendadak dan mengahadapnya. Kami sama-sama kecapekan. Nafas kami masih sama-sama tersengal-sengal.
Setelah reda, Taemin menegakkan tubuhnya dan menatapku lekat. Dari matanya bisa kubaca ketidak percayaan dan marah.
“Jangan dekat-dekat. Oke? Kamu bia mengerti kan?” kataku mendahuluinya.
“Kau ini kenapa? Sudah kubilang tidak apa-apa. Kenapa kau seperti ini? Bilang saja kalau kau tidak mau keluar denganku. Tidak perlu seperti ini.” Taemin benar-benar marah besar. Dia berbalik dan berjalan meninggalkanku.
“Bukan begitu…” kataku perlahan. Tidak terasa air mataku mulai menetes. Tidak peduli banyak orang di sekitarku. Karena mereka juga tidak peduli padaku. “Kau tidak mengerti…” tangisku semakin pecah. Aku mengambil tempat duduk di pinggir jalan. Di kursi kayu panjang tepi jalan. Aku menangis sejadi-jadinya. Sakit dan terluka. Setelah tangisku reda, kuputuskan untuk kembali ke hotel. Aku berjalan kembali ke sana. Sudah lupa rasa laparku tadi.
“Mandy…”teriak seseorang ketika aku masuk ke hotel. Kubalikkan badanku. Ternyata Kevin. Kusetel mimic wajahku yang kusut menjadi cerah lagi. Aku tersenyum dengan terpaksa. “Hai…” sapanya begitu sudah di depanku. “Bagaimana tadi acara makannya dengan Taemin? Menyenangkan?” tanyanya antusias.
“Tentu.” Jawabku singkat. Tidak lupa tersenyum untuk menambahkan kesan benar-benar menyenangkan. “Um…Kevin. Aku benar-benar lelah. Aku butuh istirahat. Boleh aku kembali ke kamarku sekarang?”
“Oh…tentu saja. Istirahatlah. Besok kita akan bertemu dengan maestri Yiruma.”
“Ya…aku kembali dulu.” Aku berjalan gontai masuk lift. Untung aja Kevin nggak tahu. Kusandarkan tubuhku ke belakang. Ternyata aku belum bisa menguasai suasana hatiku. Sesampainya di kamar, kubanting tubuhku ke kasur yang super jumbo dan super empuk. Kamar ini disewakan oleh master Yiruma. Ternyata dia memang sangat baik sekali. Secara perlahan, mataku mulai terpejam dan akhirnya tertidur pulas.
Aku terbangun dengan cepat. Ternyata aku mimpi buruk. Kulihat jam yang terletak di meja sebelah kasur. Masih jam 3 pagi. Aku mimpi Taemin tidak mau menemuiku lagi karena dia terkena skandal denganku. Dan dia sangat membenciku karena itu. Hah…untung saja Cuma mimpi. Kucoba untuk kembali tidur lagi. Hasilnya nihil. Aku tidak bisa tidur lagi. Kutatap langit-langit kamar hotel. Putih…dan hanya putih dengan sinar lampu di tengahnya. Silau… aku ini kenapa sebenarnya??? Kenapa aku merasa begitu tersiksa setelah Taemin marah-marah padaku.
“”
Terdengar ketokan pintu pada pukul 8 pagi. Aku sudah bersiap-siap untuk berangkat menemui maestro. Kubuka pintu itu. Ternyata Kevin. Menjemputku untuk pergi bersama.
“Sudah siap?”
“Pasti.” Anggukku mantap.
Kami mengendarai taksi, karena memang tempatnya jauh dari hotel kami. Daripada jalan kaki. Hemat kaki. Hehehe…
Kami memasuki ruangan music. Waw…ini benar-benar ruangan music. Lengkap sekali. Ada 2 grand piano, biola, celli, dkk. Wah…seperti mimpi. Ini benar-benar di luar dugaanku. Nggak bisa dibayangkan aku bisa merasakan ruang music yang benar-benar megah ini.
“Annyong Yiruma…Oh…Annyong Taemin.” Tubuhku seketika menegang mendengar nama Taemin. Kualihkan tatapan takjubku pada alat music kea rah Taemin. Dia tidak menatapku. Benar. Dia masih marah padaku.
“Oh…hai Kevin. Hai juga Mandy. Kata Taemin acara kalian kalian sangat menyenangkan.” Aku beralih menatap Taemin. Barangkali dia akan mengancamku untuk menyetujuinya. Tapi salah. Dia tidak menatapku sama sekali. Malah sibuk sendiri dengan music sheet.
“O…ten…tentu saja. Sangat menyenangkan.” Jawabku gugup.
“Baguslah kalau begitu. Tidak salah aku mengandalkannya untuk menemanimu.”
“Ya… tentu saja.” Jawabku pelan.
“Baiklah…bagaimana kalau sebagai pembukaan, kita lihat kau bermain, Mandy.” Kata maestro, menyuruhku untuk bermain piano.
“A…Aku? Tapi, aku ini amatir. Tidak pantas dilihat oleh maestro seperti anda.”
“Tidak ada amatir disini. Dan kau adalah tamu kehormatanku. Mengerti? Sekarang bermainlah.”
Aku maju kea rah piano dengan gugup. Kutarik kursi dan duduk di sana dengan perlahan. Kuhirup nafas panjang dan kuhembuskan secara perlahan. Kutekan tuts secara lembut. Music mengalun dengan lembut. Suara piano memang sangat menenangkan. Dan akhirnya selesai. Kudengar suara tepuk tangan dari belakang.
“Bagus sekali. Permainanmu penuh dengan perasaan.” Kata maestro memuji. “Bagaimana kalau sekarang kau bermain berdua dengan Taemin?”
“Baiklah.” Jawab Taemin dengan cepat. Dia setuju secepat itu? Tidak mungkin. Aku bahkan belum mempersiapkan diri untuk berduet dengannya. Dia duduk di kursi grand piano yang letanya tepat bersebelahan dengan grand pianoku. “Kau ingin memainkan apa?” tanyanya dingin padaku.
“Terserah padamu saja. Aku akan mengikutimu.” Kataku gugup.
“Kita mainkan River flows in you saja.”
Kami mulai memainkan lagu dari master Yiruma itu. Tapi, sayang. Banyak nada yang tidak pas. Ketukanku selalu tidak pas dengan Taemin. Jadinya, nada yang terdengar sangat jelek. Music pun berhenti.
“Nadanya tidak pas. Mungkin kau belum terbiasa duet. Benar begitu, mandy?”
“Be…benar.”
“Maestro…aku permisi ke belakang dulu.” Pamit Taemin. Denga cepat dia berdiri dan meninggalkan ruangan.
“Boleh aku…mengambil minum?” aku juga segera bangkit dari dudukku dan berlari keluar. Kulihat Taemin berjalan cepat menuju ke luar. Sudah kuduga dia tidak benar-benar berniat untuk ke kamar kecil. Kukejar dia. Kuhentikan langkahnya dengan berdiri tepat di depannya. Dia menatapku dengan tajam.
“Aku…ingin bicara padamu.” Kuberanikan diri untuk memulai pembicaraan. “ada yang perlu kita bicarakan.” Dia masih menatapku. Kemudian menyandarkan tubuhnya ke dinding dengan santai. “Maaf…maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu.”
“Benar. Seharusnya kau katakana sejak awal kalau kau tidak ingin pergi denganku. Baru sadar?” pertanyaan terakhir Taemin sangat memukulku.
“Bukan…aku bukannya tidak mau pergi bersamamu. Aku benar-benar…”
“Ya…kau telah melukai perasaanku.” Taemin bersiap untuk meninggalkanku. Kucekal tangannya untuk menghentikannya.
“Dengarkan aku dulu, oke?” pintaku memelas. Taemin menurut. Dia kembali mengahdapku. “Aku…bukan tidak suka keluar denganmu. Aku senang sekali kau bisa menemaniku keluar. Aku hanya…takut.” Kulihat Taemin menaikkan alis. Tanda meminta penjelasan lebih lanjut. “Aku takut kau akan terkena skandal denganku. Aku tidak ingin merepotkanmu karena aku. Jadi…kau mengerti kan?” tanyaku penuh harap.
“Sudah kukatakan padamu bahwa aku tidak masalah dengan itu.”
“Tapi, aku yang masalah. Aku tidak mau kau kena masalah gara-gara aku pergi bersamamu. Aku takut kau akan membenciku dan menghindariku saat kau terkena skandal bersamamu.”
“Itu tidak akan terjadi.”
“Mudah kau berbicara seperti itu. Tapi, pada kenyataannya saat itu terjadi, kau pasti akan benar-benar menghindariku.”
“Kenapa kau begitu peduli padaku? Dan… kenapa kau begitu takut aku menjauhimu? Kalau kenyataannya itu benar-benar terjadi. Aku akan mengatakan kalau kau benar-benar pacarku.”
“Begitu mudahnya kah kau mengatakan aku sebagai pacarmu? Lalu setelah semua sudah reda kau tidak mau mengenalku lagi?” sekarang ganti aku yang marah.
“Bagaimana kalau aku benar-benar memintamu untuk jadi pacarku?”
“Ha?” kulihat matanya. Kucari-cari kalau saja dia bercanda. Tapi yang kudapati malah sebaliknya. kulihat kejujuran, ketulusan… dari matanya. Apa yang harus kujawab. “Bahkan aku saja baru mengenalmu. Aku tidak tahu apa-apa tentang dirimu.”
“Semua itu bisa dicari seiring berjalannya waktu. Yang penting. Kau mau atau tidak?” aku memantapkan diriku. Apa benar aku mencintai orang ini atau tidak . kalau tidak. Lalu kenapa aku sangat gelisah ketika dia marah padaku? Kalau tidak. Kenapa aku begitu peduli padanya? Apakah ini tandanya aku menyukainya?
“Aku masih belum terlalu yakin. Aku takut, kelak kalau aku tidak benar-benar menyukaimu. Aku bisa melukaimu.” Kataku lemas.
“Aku rela terluka demi kau. Semua rela kuberikan untukmu.” Jawabnya penuh keyakinan.
“Aku bukanlah orang yang pantas untukmu. Aku ini banyak kekurangan. Bisakah kau mengerti???”
“Aku akan selalu menunggumu. Sampai kapanpun.” Dia langsung berbalik dan meninggalkanku. Lebih tepatnya meninggalkanku dalam kebingungan. Hufh…tubuhku lemas seketika. Aku tertunduk lemas. Hanya terdiam seperti itu selama beberapa saat. Sampai seseorang menyentuh pundakku.
“Hei…mandy. Apa kau sudah membeli minum? Kok kelihatannya kau mash terlihat lelah.” Kevin menghampiriku dengan senyumnya yang cerah.
“Ou…aku sudah minum tadi. Ayo kita kembali saja. Tidak enak membuat maestro Yiruma menunggu…” kami berjalan bersama kembali ke ruang latihan. Kulihat maestro sedang duduk sambil memandangi kertas-kertas di pangkuannya. Sepertinya music sheet lagu ciptaannya. Tidak salah memang aku sudah menadi penggemarnya. Hahahaha….
To Be Continue...
Hari ini adalah hari konser untuk pianis terkenal Yiruma di Kota Surabaya. Jarang-jarang ada pertunjukan music klasik di Indonesia. Apalagi sampai ke Kota Surabaya yang bakalan sulit banget buat aku lewatin.
Memang baru-baru ini aku menyukai music klasik. Terutama untuk grand piano. Belum ada satu tahun aku mulai menyukainya. Aku sampai rela ikut les grand piano. Padahal umurku tidak muda lagi. Bahkan bagiku sudah sangat terlambat untuk berlatih piano. Tapi, aku tetap ngotot ikut les. Yiruma adalah pianis idolaku. Lagu ciptaannya selalu bisa membuatku merinding takjub ketika mendengarkannya. Kadang aku bisa menangis, kadang aku juga bisa tertawa saat mendengarkan musiknya.
Memang banyak pianis terkenal lain seperti chopin dan lain sebagainya. Tapi, karya Yiruma yang paling kugemari. Aku dengar-dengar, bakal ada pianis (bukan asli pianis, tapi permainan pianonya sangat menkjubkan) pembuka untuk acara nanti malam. Dengar-dengar dia berlatih piano sejak dia SD. Tidak kaget kalau memang dia bermain piano dengan menakjubkan. Tapi, dia tidak akan bisa mengalahkan Yiruma. Hardikku pada pianis muda itu, yang notabene umurnya lebih muda setahun dariku.
Aku sudah tidak sabar lagi menunggu nanti malam. Dari buku yang kubaca, untuk menghadiri acara music klasik pakaiannya harus menggunakan dress. Tidak bisa sembarangan menggunakan celana jeans dan kaos oblong. Satu-satunya dress yang kupunya adalah batik yang kubuat gaya modern dress masa kini. Jadi, aku akan menggunakannya nanti. Hufh…mama bisa histeris nih lihat aku pakai dress. Katanya sih mama salah ngambil anak pas di rumah sakit. Abis aku tomboy banget. Katanya mengejekku. Emang kenapa kalau aku ketuker? Bikin jengkel saja.
Akhirnya malampun datang. Aku bingung sendiri. Dari tadi aku cuma di kamar. Aku berpikir lagi, kalau aku memakai dress lalu aku tidak menggunakan make up, bukannya tidak pantas, tapi terlihat aneh. Akhirnya kuputuskan untuk menggunakan make up minimalis yang tidak terlalu kentara. Tidak lupa mengikat rambutku seperti ekor kuda. Kuperhatikan sekali lagi bayanganku di kaca. Tidak mengecewakan berlama-lama di kamar. Setidaknya aku terlihat berbeda sedikit.
Aku pergi ke acara itu sendiri. Karena tidak ada satupun temanku yang menyukai music jenis klasik. Mungkin mereka malah bakal tertidur di sana. Bagi mereka mungkin music klasik sejenis lagi nina bobok. Tapi tidak bagiku. Music klasik bisa lebih mencerminkan perasaan ke dalamnya dan sangat menyentuh.
Aku berangkat pukul 7. Acara mulai pukul 8. Jarak rumahku dengan tempatnya sangat jauh. Makanya aku berangkat awal karena tidak mau ketinggalan acaranya. Aku ke sana naik mobil. Sendirian lagi. Kenapa hidupku ini dipenuhi dengan kata sendiri?
Sesampainya di sana, sudah sangat ramai. Tidak kukira yang menyukai music klasik sebanyak ini. Aku bergegas turun dan segara masuk ruangan. Mencari-cari bangku yang pas untuk bisa melihat ke panggung. Tiba-tiba ada yang memanggilku.
“Lya…Hei Lya…” kulihat guru lesku berdiri tidak jauh dari tempatku berdiri. Jangan sangka guru lesku itu tua, berperut buncit, dan berkumis tebal. Kalian semua salah. Dia masih sangat muda. Terpaut dua tahun lebih tua dari pada aku. Aku juga kaget pertama kali bertemu dengannya. Ternyata dia juga sudah bermain piano sejak SD. Jenius. Kubalas lambaiannya. Aku berjalan mendekat.
“Boleh aku duduk di sini?” Kutunjuk kursi di sebelahnya.
“Dengan senang hati.” Jawabnya. Aku duduk di sebelahnya.”Aku kaget sekali tadi. Tidak kusangka kau juga akan nonton pertunjukan music ini.”
“Tentu saja. Meskipun aku pemula. Aku sangat mencintai alunan piano. Lagi pula Yiruma adalah idolaku. Aku tidak mungkin melewatkannya. Apa kau sudah lupa?” dulu, sewaktu pertama kali aku ikut les. Dia menanyaiku siapa pianis idolaku dan aku menjawab Yiruma. Sudah pasti. Kemudian lampu penonton mulai mati, satu-satunya yang menyala adalah lampu panggung. Samar-samar terdengar alunan piano mengalir diikuti dengan terbukanya tirai. Dan itulah pianis muda yang membuka acara ini. Permainannya sangat mulus, indah dan merasuk ke hati. Penilaianku tentangnya sebelimnya tentang dirinya salah besar. Dia sangat berbakat. Bakatnya hampir mendekati sang pianis Yiruma. Kabar yang kudengar lagi tentang dirinya adalah dia seorang penyanyi di negaranya sana. Aku lupa dari mana dia berasal.
Aku mulai memejamkan mata, menikmati setiap alunan lagu dan setiap not yang mengalir. Percakapanku dengan guruku seketika terhenti setelah mendengar permainannya. Tidak kusangkan, anak yang satu tahun di bawahku bisa bermain seindah itu. Bahkan bisa membuatku menitikkan air mata saat mendengarnya.
Dia memainkan sekitar dua lagu pembuka. Kemudian, sekarang giliran sang pianis Yiruma. Dia memainkan “River Flows in You”, “Maybe”, “kiss the rain”, “sometimes someone”, “moonlight”, dan lagu-lagu idolaku lainnya. Aku sampai terpana melihatnya. Sampai-sampai aku lupa cara berkedip, bernafas, dan menutup mulutku. Benar-benar indah dan elegan. Dia memang benar-benar idolaku. Dan aku tidak salah menjadi salah satu fansnya.
Akhirnya pertunjukan selesai pukul 10. Aku tidak kecewa mengeluarkan kocek besar bahkan sampai membuka tabunganku demi melihat konser ini. Karena konser ini benar-benar HEBAT! Bahkan setelah konser selesai, aku belum bangkit dari kursiku. Aku masih mau tetap di sini dan mendengar mereka bermain piano lagi. Aku baru tersadar ketika guruku menyenggol bahuku.
“Apa kau mau ikut aku ke belakang panggung?” tanyanya padaku.
“Ha?Apa itu boleh? Bukannya mereka orang terkenal? Jangan-jangan…guru mau menerobos masuk ya…?”
“Sudah kubilang jangan memanggilku guru di luar jam les. Panggil namaku saja.”
“O iya. Lupa…maaf…maaf…Kevin”
“Jadi? Kau mau ikut atau tidak? Lagian…aku diperbolehkan masuk kok. Aku kan punya freepass buat masuk.”
“Nggak usah ditanya lagi. Aku pasti ikut. Tidak mungkin aku melewatkan bertemu dengan idolaku.”
Kemudian kami berjalan ke belakang panggung. Lebih tepatnya ke kamar ganti Yiruma. Di depan pintu tertulis besar nama Yiruma di temple. Dan satu lagi, Taemin… siapa dia? Aku sangat gugup. Ken dengan perlahan membuka kenop pintu dan pintu itupun terbuka.
“Astaga…Yiruma…” pekikku tanpa sadar.
“Yes?” dia berbalik. “Oh kevin. How it is?” tanyanya pada Kevin.
“Bagaimana kalian bisa akrab?” kataku dengan berbisik setelah sebelumnya kusenggol tangannya.
“O…kau tidak ingat aku ini sudah internasional. Aku sudah terbiasa bertemu dengannya.” Katanya bangga.
“Kenapa kau tidak pernah cerita padaku?” dia Cuma nyengir.
“Who is she?”
“Oh…she? She is my student, Sullyang.” Kami saling menjabat tangan. Tiba-tiba ada yang membuka pintu lagi. Hah…membuatku kaget.
“Oh…Taemini…” dia melanjutkan kata-katanya dengan bahasa yang tidak kumengerti. Kemudian Taemin berjalan mendekati kami.
“Oh…Nice to meet you all. My name is Taemin.” Bukankah dia yang bermain piano sebagai pembuka ya. Kok kelihatannya tidak seperti anak yang berumur satu tahun dibawahku ya? Dia sangat tinggi menjulang. Bahkan aku yang sudah memakai sepatu berhak 7 senti masih terpaut kira-kira sepuluh senti darinya.
Kami semua ngobrol dengan santai, karena memang kami sama-sama cinta piano. Setiap kata mengalir begitu saja dan diselingi dengan tawa.
“O iya…permainan pianomu tadi sangat indah.” Kataku menggunakan bahasa inggris.
“Ah…Terimakasih banyak. Itu tidaklah seberapa dibandingkan dengan master Yiruma.”
“Kau jangan mengelak. Dengan profesimu sebagai penyanyi permainan pianomu sudah seperti pianis terkenal.” Kata Yiruma.
“Itu benar. Benarkan?” kataku meminta persetujuan pada Kevin.
“Benar. Pokoknya, kalau aku ke Korea nanti kau harus mau bermain denganku.”
“Wah…aku tidak bisa dibandingkan dengan pianis Internasional. Aku tidak ada apa-apanya.”
“Jangan merendah terus. Kalau kau tahu, aku tadi sampai menangis ketika mendengar kau bermain piano. Sangat indah sekali.”
“Wah…peghayatanmu tentang music sangat dalam. Kau pasti sangat mencintai piano.” Kata Taemin memujiku.
“Jangan memujiku seperti itu. Pujian itu terlalu berharga untukku. Aku saja baru belajar bermain piano.”
“Bukan berarti orang yang baru belajar piano mempunyai kecintaan pada piano di bawah mereka yang sudah lama mengenal piano. Kapan-kapan, kalau Ken ke Korea. Ikutlah dengannya. Aku ingin bermain bersama kalian.”
“Baiklah. Saat aku ke korea kelak bersama Ken, permainanku pasti akan lebih bagus.”
“Semangat yang baik. Kau juga Taemin. Temani kami bermain.”
“Siap master.” Kami tertawa bersama-sama lagi. Akhirnya malampun sudah larut. Sebelum kami berpisah. Kami sempat bertukar nomor handphone. Kalau-kalau kami ada pertanyaan tentang piano atau apa saja yang berkaitan dengan piano.
Aku senang sekali mala mini. Bisa mendengarkan Yiruma bermain Piano sampai bisa mengenal lebih dekat sosok Yiruma. Dan aku juga mempunyai teman baru Taemin, pianis muda hebat dan berbakat. Pasti malam ini aku akan tidur lelap dan bermimpi indah.
Aku terbangun paginya. Hah…seperti mimpi yang indah semalam. Tidurku sangat lelap. Tidak kusangka mimpiku menjadi kenyataan semalam. Hahahaha. Yiruma…dia memang benar-benar pianis hebat. Kuingat-ingat kembali, melodi-melodi indah semalam berputar lagi di kepalaku. Tanganku mulai bergerak mengikuti alunan music. Sampai aku tersadar sudah pukul berapa ini. Jam 8 nanti aku harus sudah ada di kampus. Sialan!
Aku segera berlari ke kamar mandi. Mandi alakadarnya. Yang penting sudah bersih dan wangi. Hahaha. Setelah membubuhkan bedak ke mukaku, aku segera menyambar kunci mobilku dan langsung tancap gas. Sampai lupa mau pamitan. Ah, ntar aja. Bisa lewat telepon.
Untung saja aku dating tepat waktu di kampus. Aku segera mengambil tempat duduk di sebelah sahabatku.
“Hai, gimana acara semalam? Asik nggak?” Tanya Mia begitu aku meletakkan pantatku di kursi.
“Wah, keren banget. Rugi kamu nggak ikut semalem. Aku ketemu sama guru lesku piano. Dan tau nggak…dia punya freepass buat masuk ke belakang panggung. Aku ketemu Yiruma.” Kataku mulai histeris.
“Ya nggak rugi-rugi banget dong non. Aku kan nggak suka music klasik. Bisa-bisa aku ketiduran di sana.” Seperti dugaanku. “kamu ke belakang panggung? Kamu foto bareng nggak sama Yiruma?” pertanyaan itu langsug membuatku tersadar. Aku lupa minta foto bersama Yiruma. Ah, betapa bodohnya aku.
“Aku lupa minta foto bareng. Argh…bikin stress.” Kemudian aku teringat dengan janji bermain bersama di Korea kelak. “Tapi, aku tidak akan lupa lagi. Aku bakalan foto sama Yiruma.”
“Emang kamu mau ketemu Yiruma lagi ya…? Kapan? Kok bisa?” tanyanya mulai heran.
“Hahaha.waktu pulang, kami bertukar nomor handphone. Dan dia mengajakku main bareng di Korea. Ntah kapan waktunya. Nyesuaiin jadwalnya Kevin sih. Soalnya aku berangkatnya bareng sama Kevin. Nih nomornya.” Kupamerkan nomor handphone Yiruma yang tertera di layar handphoneku.
“Gila…bener-bener gila. Kamu mau ninggalin kuliah?”
“Nggak lah. Ya…iya sih. Cuma paling seminggu.” Hehehe.kalau Cuma seminggu nggak masalah kan. Kataku meyakinkan diri sendiri. Moga nggak kena DO.
“Kamu ini emang bener-bener gila.”
“Nggak masalah kan punya temen gila. Atau jangan-jangan…kamu keberatan punya temen gila kayak aku ya…?” aku lihat Mia Cuma geleng kepala. Aku jadi ketawa.
Akhirnya hari ini kuliah sudah selesai. Aku berjalan menuju mobilku dan ketika handphoneku bergetar menghentikan langkahku. Kurogoh-rogoh tasku dan akhirnya kutemukan dia. Kubuka, ternyata pesan dari Ken.
Kevin
Weekend ni qta prg k’korea…Yiruma sudah mghubngiq tdi. Hr mgu qta hrs sdh smpai d’korea.mkax qta brgkt hr sbt.
Mataku sampai melotot membaca pesan dari Kevin. Saking kagetnya. Gila…hari sabtu ini. Aku nggak bisa bayangin secepat ini. Aku kan juga belim minta izin ke mama. Wah, bakalan kena omel nih.
To Ken
Gila apa? Aq blm bli tket pswat. Palg aq blm pamit mama.bsa mti d’gntung aq klo g’pmit dlu k’mama.
Nggak berapa lama kemudian, aku sudah mendapat balasan dari Ken.
Ken
Tnang ja. Aku udah psenin tket pswatx.aq jg udh pmitin km k’mama km.jd,km tgl siap2 brgkt ja.
To Ken
Wih…cktan jg.emg sjak kpn km udh mmprsiapkn smwx?
Ken
RHS.sbnrx stlh dpt telp dr Yiruma.pg ni aq lgsg nyiapin smw.trmsk mntain izin km k’mama km.
To Ken
Mksh bgt Ken…km emg dewa pnyelamatq.
Itulah akhir percakapan kami lewat sms. Aku segera membuka mobilku dan melajukan mobilku pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, tanpa ganti baju dulu, aku segera mengepak barang-barang yang mau kubuawa hari sabtu nanti. Nggak sabar banget…sabtu kan lusa… Sampai tiba-tiba pintu kamarku terbuka.
“Waduh…waduh…anak mama, belum ganti baju sudah sibuk ngepak barang. Yang mau ke Korea. Sengeng banget non.” Goda mama.
“Ye…mama. Anaknya mau ke Korea bukannya ikut senang.”
“Iya…iya…mama ikut seneng.”
“O iya ma, jangan lupa uang sakunya ya.hehehe…” aku mulai nyengir kuda.
“Na…ini nih yang bikin mama nggak ikut seneng.” Kata mama mencoba bercanda. Tapi, asli. Garing banget.
“Ayolah ma…aku di sana seminggu. Emang mama tega lihat anaknya kelaparan.” Kutatap mama dengan mata anak kucing yang minta di beri makan. Akhirnya mama menghela nafas tanda menyerah.
“Oke. Mama kasih uang saku. Cuma sedikit. Jadi, harus hemat ya.”
“Yay…mama emang the best mom ever.” Aku melompat dan memeluk mama sayang. “O iya. Kenapa aku bisa lupa” aku langsung melepaskan pelukanku pada mama dan berlari ke depan. Mulai duduk di depan piano. Bukan piano sungguhan. Yang ada di rumah hanyalah orgent biasa. Huh, kenapa aku bisa lupa untuk berlatih. Aku kan mau di ajaka main bareng sama pianis idolaku. Wah, bisa…bisa maluin nih.
Aku berlatih sampai malam. Mama meninggalkanku sendirir untuk berlatih. Memang saat berlatih sangat membutuhkan konsentrasi. Karena sudah capek, aku kembali ke kamar. Langsung kubanting tubuhku begitu melihat kasur yang empuk dan nyaman. Aku hamper saja terlelap sampai ketika HPku berdering. Hah…Kevin ganggu saja.
Kubuka pesan yang tadi mengganggu acara tidurku. Masih sambil memberikan sumpah serapahku kepada Ken.
Taemin
Ha…nggak mungkin. Pasti salah. Nggak mungkin kan dia sms aku. Dia di Korea dan aku di Indonesia. Balas nggak ya… biayanya luar negeri kan mahal. Mulai kubaca lag isms darinya.
Taemin
Hai…Um…I heard that you’ll in Korea this weekend. I heard it from Yiruma? Is that right?
o…jadi dia Tanya aku perkara aku mau ke Korea. Bikin kaget aja.
To Taemin
Yeah…I’ll be in there this weekend. I think we’ll play together on Sunday.
Aku mulai mengirim balasan kepada Taemin. Masa bodoh dengan biaya yang mahal. Semoga saja pulsaku masih cukup.hehehe. nggak berapa lama kemudian, aku sudah mendapat balasan dari Taemin. Wah, ternyata sms Internasional balesnya cepet juga ya…
Taemin
I’ll meet you at Sunday then. I’ll wait our duet. How about playing “river flows in you” or “maybe” in front of Yiruma.
Hahaha. Aku jadi ketawa sendiri baca kalimat duet. Aneh rasanya. Karena selama ini aku Cuma bermain solo.
To Taemin
It would be great. Ok than. Jaljayo…
Aku baru saja mempelajari satu kalimat selamat malam dari temanku. Hahaha.
Taemin
Ne…Jaljayo.
“Lya…kamu nggak makan.” Kudengar suara mama berteriak dari dapur. Dasar mama.
“Nggak ma. Ntar aja. Lagi males.” Kataku balas berteriak. Setelah menyelesaikan acara smsan dengan Taemin dan berteriak ke mama, aku kembali melanjutkan acara tidurku yang sempat terganggu.
Kilasan-kilasan semua yang terjadi tiga hari lalu memang seperti mimpi yang indah. Bagaimana tidak. Semua yang menjadi impianku terkabul dalam tiga hari. Rasanya seperti di datangi jin ajaib aladin yang bisa mengabulkan tiga permintaan. Semua terasa tidak nyata, tapi ini benar-benar kenyataan.
Kalau bukan kenyataan, bagaimana bisa aku berdiri di Bandara Incheon, Korea saat ini. Negara boneka. Dimana semua orang di sini terlihat seperti boneka. Bukan karena sikap mereka, tapi wajah mereka dan tubuh mereka yang seperti boneka Barbie. Tinggi semampai, putih, canti dan tampan.
Aku jadi minder sendiri berdiri di Negara ini. Aku tidak setinggi mereka. Semua cewek di sini suka menggunakan highills yang semakin mempertinggi mereka. Sedangkan aku hanya memakai sepatu ket. Tubuhku pendek, berkulit kuning langsat, pokonya tidak seperti boneka Barbie sama sekali.
“Hei…kenapa dari tadi bengong terus? Ayo, kita cari taksi untuk ke penginapan.” Suara Kevin menyadarkanku untuk kembali menapak bumi. Aku mulai melangkah mengikutinya sambil menjinjing tas pakaian yang sama sekali tidak enteng. Kami mendapatkan taksi dengan sangat cepat. Ya iyalah, ini kan bandara. Apa sih yang nggak ada di bandara.
Ken berbicara kepada sopir taksi itu dengan bahasa Korea yang sangat lancar. Aku jadi melongo sendiri. Dia menyebutkan alamat yang akan kami tuju.
“Sejak kapan kamu belajar bahasa Korea? Lancar banget ngomongnya. Ajarin aku dong.” Tanyaku setelah Ken selesai bicara pada pak sopir taksi.
“Sebagai pianis internasional, sudah sewajibnya aku bisa bahasa Negara lain. Apalagi aku sering ke Korea mengunjungi Yiruma. Kalau masalah belajar, dalam satu minggu kamu pasti sudah bisa ngomong. Meski masih nyendat-nyendat.” Hu…dasar pelit. Ngomong aja kalau nggak mau ngajarin. Tapi aku tidak mengatakannya. Masih untung aku di ajak ke Korea. Hehehe. Kami berdua terdiam dalam taksi sampai ke tempat penginapan. Bahkan aku sempat tertidur tadi. Hehehe. Abis capek banget.
Kudengar suara ketukan dipintu berkali-kali, namun berirama. Aku segera terbangun dari tidurku. Dengan sedikit oleng, aku melangkah untuk membukakan pintu. Jam berapa sih sekarang? Pikirku. Aku tadi baru dating di korea waktu sore hari. Mungkin sekarang sudah malam. Pikirku lagi. Kubuka pintu itu perlahan. Tidak langsung kubuka semuanya. Siapa tahu yang bertamu itu orang jahat?
“Ya…mencari siapa?” tanyaku masih dengan mata yang setengah tertutup.
“Oh…My God. Hahaha. You look really…messy. What’s wrong with you? Getting disaster?” katanya penuh dengan tawa saat pertama melihatku. Aku yakin saat ini aku benar-benar berantakan.
“Uh…I’m sorry. Tapi, sepertinya aku terlalu lelah saat ini.” Kataku lemas sambil sesekali masih menguap.
“Ini sudah malam. Apa kau tidak lapar?” Tanya Taemin.
“Hei…kenapa kau di sini? Dan…bagaimana kau bisa tahu aku tinggal di sini?” tanyaku begitu sadar. Aneh sekali mendapati Taemin ada di sini. Di sepan pintu kamarku (kamar hotel maksutnya).
“Hahaha. Kevin memberitahuku dimana dia akan menginap sebelum berangkat ke Korea tadi. Setelah itu, aku Tanya ke resepsionis.”
“Oh…”tanyaku tolol.
“Then…le’s go.”
“kemana?” tanyaku lagi tidak nyambung.
“Makan. Memang mau kemana lagi?”
“OK. Tunggu aku sebentar. Aku akan segera kembali.” Kututup lagi pintu kamarku. Aku segera mencuci mukaku (tidak sempat mandi. Waktunya tidak cukup) dan segera ganti pakaian. Kemudian aku segera kembali ke luar. Tidak lupa mengunci pintu kamarku. “Kita…makan dimana?”
“Terserah kau saja. Kau kan tamu disini.” Katanya. Setelah kami keluar dari hotel, suasananya seketika itu berubah. Jalanan sangat ramai. Banyak orang lalu lalang dengan berjalan kaki. Dan…pakaian mereka semua trendy. Aku mengamati diriku lagi. Hanya celana jeans, kaos oblong, jaket tebal karena ini musim dingin, syal, dan sepatu ket. Oh My God. Aku bahkan tidak terlihat seperti cewek normal. Lebih mengarah pada style cowok. Taemin menangkap rasa gelisahku ini.
“kau terlihat normal. OK? Tak perlu disamakan dengan yang lain. Karena kamu adalah kamu. Banggalah menjadi dirimu sendirir.” Perkataan Taemin menenangkanku. “Kita berangkat sekarang?”
“Tunggu!” kataku mencegah. “apa kita tidak menunggu Kevin dulu? Mungkin dia juga belum makan malam.” Kataku.
“Oh…aku lupa. Dia sekarang bersama master Yiruma. Ada yang perlu mereka bicarakan. Makanya, master Yiruma menyuruhku untuk menemanimu sementara.”
“Ayo…kita pergi.” Kami pergi tidak menggunakan kendaraan apa-apa. Kami malah jalan kaki. Terasa sangat menyenangkan. Menikmati keindahan Korea dengan cara jalan kaki. Kurasakan banyak orang yang memandang ketika kami lewat. Oh great…I forget it!
“Aku dengar kau ini penyanyi terkenal di Korea ya?”
“Ng…”jawabnya singkat mengiyakan.
“Apakah kau tidak apa-apa berjalan di tempat terbuka seperti ini? Apa nantinya tidak menimbulkan skandal? Trus, kenapa sekarang kau ada di sini bersamaku? Kau seharusnya latihan kan…?” tanyaku begitu histeris.
“Hei…hei…tidak perlu sehisteris itu. Kau menanyaiku banyak sekali. Bagaimana aku bisa menjawab semua?” jawabnya bercanda. Tapi, ini tidak lucu. Bagaimana kalau benar dia terkena skandal dengan orang biasa seperti aku ini? Bagaimana kalau gara-gara aku, karirnya jadi hancur?
“Kita kembali sekarang.” Dengan gerakan cepat aku membalikkan badan dan melangkahkan kaki dengan cepat. Kudengar Taemin mengikutiku dengan langkah yang lebih cepat dariku agar bisa mendahuluiku.
“Makan dulu, OK?” bagaimana dia bisa sesantai ini? HA? Teriakku frustasi dalam hati.
“Tidak. Aku tidak lapar. Dan…kita kembali ke hotel sekarang.” Aku siap melangkahkan kakiku. Tapi, Taemin menggenggam kedua tanganku. Mengunci mataku dengan matanya. Aku tidak bisa bergerak.
“Dengar! Yang kau cemaskan tidak akan terjadi padaku. Aku akan baik-baik saja. Sekarang kita makan ya?” ajaib. Setiap perkatannya seperti hipnotis. Menuntut, tapi tidak memaksa. Tanpa sadar, aku mengangguk. “Gitu dong…”
Kami mulai berjalan lagi. Tapi, perasaanku masih tidak enak. Aku takut berjalan dengannya. Bukannya aku tidak mengenalnya dan aku takut diapa-apakan olehnya. Tapi, lebih tepatnya. Aku taku karena berjalan bersama artis. Aku yang bukan siapa-siapa. Pasti waratawan akan mengejarnya. Maka dari itu, selama perjalanan aku menjaga jarak darinya.
“Hei…kenapa kau berjalan jauh sekali?” aku tidak menanggapinya. Kudengar langkah Taemin semakin cepat. Kucepatkan juga langkahku. Taemin menpercepatnya lagi dua kali lipat. Begitu terus. Semakin Taemin mempercepat langkahnya, aku juga mempercepat langkahku. Sampai kami berlari. Persis adegan India kejar-kejaran. Taemin sudah kehilangan kesabaran dan berlari dengan kecepatan penuh. Dia menarik tanganku sampai aku berhenti mendadak dan mengahadapnya. Kami sama-sama kecapekan. Nafas kami masih sama-sama tersengal-sengal.
Setelah reda, Taemin menegakkan tubuhnya dan menatapku lekat. Dari matanya bisa kubaca ketidak percayaan dan marah.
“Jangan dekat-dekat. Oke? Kamu bia mengerti kan?” kataku mendahuluinya.
“Kau ini kenapa? Sudah kubilang tidak apa-apa. Kenapa kau seperti ini? Bilang saja kalau kau tidak mau keluar denganku. Tidak perlu seperti ini.” Taemin benar-benar marah besar. Dia berbalik dan berjalan meninggalkanku.
“Bukan begitu…” kataku perlahan. Tidak terasa air mataku mulai menetes. Tidak peduli banyak orang di sekitarku. Karena mereka juga tidak peduli padaku. “Kau tidak mengerti…” tangisku semakin pecah. Aku mengambil tempat duduk di pinggir jalan. Di kursi kayu panjang tepi jalan. Aku menangis sejadi-jadinya. Sakit dan terluka. Setelah tangisku reda, kuputuskan untuk kembali ke hotel. Aku berjalan kembali ke sana. Sudah lupa rasa laparku tadi.
“Mandy…”teriak seseorang ketika aku masuk ke hotel. Kubalikkan badanku. Ternyata Kevin. Kusetel mimic wajahku yang kusut menjadi cerah lagi. Aku tersenyum dengan terpaksa. “Hai…” sapanya begitu sudah di depanku. “Bagaimana tadi acara makannya dengan Taemin? Menyenangkan?” tanyanya antusias.
“Tentu.” Jawabku singkat. Tidak lupa tersenyum untuk menambahkan kesan benar-benar menyenangkan. “Um…Kevin. Aku benar-benar lelah. Aku butuh istirahat. Boleh aku kembali ke kamarku sekarang?”
“Oh…tentu saja. Istirahatlah. Besok kita akan bertemu dengan maestri Yiruma.”
“Ya…aku kembali dulu.” Aku berjalan gontai masuk lift. Untung aja Kevin nggak tahu. Kusandarkan tubuhku ke belakang. Ternyata aku belum bisa menguasai suasana hatiku. Sesampainya di kamar, kubanting tubuhku ke kasur yang super jumbo dan super empuk. Kamar ini disewakan oleh master Yiruma. Ternyata dia memang sangat baik sekali. Secara perlahan, mataku mulai terpejam dan akhirnya tertidur pulas.
Aku terbangun dengan cepat. Ternyata aku mimpi buruk. Kulihat jam yang terletak di meja sebelah kasur. Masih jam 3 pagi. Aku mimpi Taemin tidak mau menemuiku lagi karena dia terkena skandal denganku. Dan dia sangat membenciku karena itu. Hah…untung saja Cuma mimpi. Kucoba untuk kembali tidur lagi. Hasilnya nihil. Aku tidak bisa tidur lagi. Kutatap langit-langit kamar hotel. Putih…dan hanya putih dengan sinar lampu di tengahnya. Silau… aku ini kenapa sebenarnya??? Kenapa aku merasa begitu tersiksa setelah Taemin marah-marah padaku.
“”
Terdengar ketokan pintu pada pukul 8 pagi. Aku sudah bersiap-siap untuk berangkat menemui maestro. Kubuka pintu itu. Ternyata Kevin. Menjemputku untuk pergi bersama.
“Sudah siap?”
“Pasti.” Anggukku mantap.
Kami mengendarai taksi, karena memang tempatnya jauh dari hotel kami. Daripada jalan kaki. Hemat kaki. Hehehe…
Kami memasuki ruangan music. Waw…ini benar-benar ruangan music. Lengkap sekali. Ada 2 grand piano, biola, celli, dkk. Wah…seperti mimpi. Ini benar-benar di luar dugaanku. Nggak bisa dibayangkan aku bisa merasakan ruang music yang benar-benar megah ini.
“Annyong Yiruma…Oh…Annyong Taemin.” Tubuhku seketika menegang mendengar nama Taemin. Kualihkan tatapan takjubku pada alat music kea rah Taemin. Dia tidak menatapku. Benar. Dia masih marah padaku.
“Oh…hai Kevin. Hai juga Mandy. Kata Taemin acara kalian kalian sangat menyenangkan.” Aku beralih menatap Taemin. Barangkali dia akan mengancamku untuk menyetujuinya. Tapi salah. Dia tidak menatapku sama sekali. Malah sibuk sendiri dengan music sheet.
“O…ten…tentu saja. Sangat menyenangkan.” Jawabku gugup.
“Baguslah kalau begitu. Tidak salah aku mengandalkannya untuk menemanimu.”
“Ya… tentu saja.” Jawabku pelan.
“Baiklah…bagaimana kalau sebagai pembukaan, kita lihat kau bermain, Mandy.” Kata maestro, menyuruhku untuk bermain piano.
“A…Aku? Tapi, aku ini amatir. Tidak pantas dilihat oleh maestro seperti anda.”
“Tidak ada amatir disini. Dan kau adalah tamu kehormatanku. Mengerti? Sekarang bermainlah.”
Aku maju kea rah piano dengan gugup. Kutarik kursi dan duduk di sana dengan perlahan. Kuhirup nafas panjang dan kuhembuskan secara perlahan. Kutekan tuts secara lembut. Music mengalun dengan lembut. Suara piano memang sangat menenangkan. Dan akhirnya selesai. Kudengar suara tepuk tangan dari belakang.
“Bagus sekali. Permainanmu penuh dengan perasaan.” Kata maestro memuji. “Bagaimana kalau sekarang kau bermain berdua dengan Taemin?”
“Baiklah.” Jawab Taemin dengan cepat. Dia setuju secepat itu? Tidak mungkin. Aku bahkan belum mempersiapkan diri untuk berduet dengannya. Dia duduk di kursi grand piano yang letanya tepat bersebelahan dengan grand pianoku. “Kau ingin memainkan apa?” tanyanya dingin padaku.
“Terserah padamu saja. Aku akan mengikutimu.” Kataku gugup.
“Kita mainkan River flows in you saja.”
Kami mulai memainkan lagu dari master Yiruma itu. Tapi, sayang. Banyak nada yang tidak pas. Ketukanku selalu tidak pas dengan Taemin. Jadinya, nada yang terdengar sangat jelek. Music pun berhenti.
“Nadanya tidak pas. Mungkin kau belum terbiasa duet. Benar begitu, mandy?”
“Be…benar.”
“Maestro…aku permisi ke belakang dulu.” Pamit Taemin. Denga cepat dia berdiri dan meninggalkan ruangan.
“Boleh aku…mengambil minum?” aku juga segera bangkit dari dudukku dan berlari keluar. Kulihat Taemin berjalan cepat menuju ke luar. Sudah kuduga dia tidak benar-benar berniat untuk ke kamar kecil. Kukejar dia. Kuhentikan langkahnya dengan berdiri tepat di depannya. Dia menatapku dengan tajam.
“Aku…ingin bicara padamu.” Kuberanikan diri untuk memulai pembicaraan. “ada yang perlu kita bicarakan.” Dia masih menatapku. Kemudian menyandarkan tubuhnya ke dinding dengan santai. “Maaf…maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu.”
“Benar. Seharusnya kau katakana sejak awal kalau kau tidak ingin pergi denganku. Baru sadar?” pertanyaan terakhir Taemin sangat memukulku.
“Bukan…aku bukannya tidak mau pergi bersamamu. Aku benar-benar…”
“Ya…kau telah melukai perasaanku.” Taemin bersiap untuk meninggalkanku. Kucekal tangannya untuk menghentikannya.
“Dengarkan aku dulu, oke?” pintaku memelas. Taemin menurut. Dia kembali mengahdapku. “Aku…bukan tidak suka keluar denganmu. Aku senang sekali kau bisa menemaniku keluar. Aku hanya…takut.” Kulihat Taemin menaikkan alis. Tanda meminta penjelasan lebih lanjut. “Aku takut kau akan terkena skandal denganku. Aku tidak ingin merepotkanmu karena aku. Jadi…kau mengerti kan?” tanyaku penuh harap.
“Sudah kukatakan padamu bahwa aku tidak masalah dengan itu.”
“Tapi, aku yang masalah. Aku tidak mau kau kena masalah gara-gara aku pergi bersamamu. Aku takut kau akan membenciku dan menghindariku saat kau terkena skandal bersamamu.”
“Itu tidak akan terjadi.”
“Mudah kau berbicara seperti itu. Tapi, pada kenyataannya saat itu terjadi, kau pasti akan benar-benar menghindariku.”
“Kenapa kau begitu peduli padaku? Dan… kenapa kau begitu takut aku menjauhimu? Kalau kenyataannya itu benar-benar terjadi. Aku akan mengatakan kalau kau benar-benar pacarku.”
“Begitu mudahnya kah kau mengatakan aku sebagai pacarmu? Lalu setelah semua sudah reda kau tidak mau mengenalku lagi?” sekarang ganti aku yang marah.
“Bagaimana kalau aku benar-benar memintamu untuk jadi pacarku?”
“Ha?” kulihat matanya. Kucari-cari kalau saja dia bercanda. Tapi yang kudapati malah sebaliknya. kulihat kejujuran, ketulusan… dari matanya. Apa yang harus kujawab. “Bahkan aku saja baru mengenalmu. Aku tidak tahu apa-apa tentang dirimu.”
“Semua itu bisa dicari seiring berjalannya waktu. Yang penting. Kau mau atau tidak?” aku memantapkan diriku. Apa benar aku mencintai orang ini atau tidak . kalau tidak. Lalu kenapa aku sangat gelisah ketika dia marah padaku? Kalau tidak. Kenapa aku begitu peduli padanya? Apakah ini tandanya aku menyukainya?
“Aku masih belum terlalu yakin. Aku takut, kelak kalau aku tidak benar-benar menyukaimu. Aku bisa melukaimu.” Kataku lemas.
“Aku rela terluka demi kau. Semua rela kuberikan untukmu.” Jawabnya penuh keyakinan.
“Aku bukanlah orang yang pantas untukmu. Aku ini banyak kekurangan. Bisakah kau mengerti???”
“Aku akan selalu menunggumu. Sampai kapanpun.” Dia langsung berbalik dan meninggalkanku. Lebih tepatnya meninggalkanku dalam kebingungan. Hufh…tubuhku lemas seketika. Aku tertunduk lemas. Hanya terdiam seperti itu selama beberapa saat. Sampai seseorang menyentuh pundakku.
“Hei…mandy. Apa kau sudah membeli minum? Kok kelihatannya kau mash terlihat lelah.” Kevin menghampiriku dengan senyumnya yang cerah.
“Ou…aku sudah minum tadi. Ayo kita kembali saja. Tidak enak membuat maestro Yiruma menunggu…” kami berjalan bersama kembali ke ruang latihan. Kulihat maestro sedang duduk sambil memandangi kertas-kertas di pangkuannya. Sepertinya music sheet lagu ciptaannya. Tidak salah memang aku sudah menadi penggemarnya. Hahahaha….
To Be Continue...
Post a Comment